MERRY UTAMI TAK BISA TIDUR MALAM JELANG EKSEKUSI MATI, SELALU DENGAR SUARA BUKA PINTU {{{LIHAT PENJELASAN DI BAWAH INI }}}
“Hapuskan Hukuman Mati! ” teriak Devi Christa, anak terpidana mati masalah narkoba Merry Utami waktu lakukan unjuk rasa di Kejaksaan Agung, Rabu (21/9/2016).
Terkecuali memohon penghilangan hukuman mati, Devi berbarengan belasan orang yang lain juga menekan supaya Jaksa Agung M Prasetyo memindahkan Merry Utami dari Lapas Cilacap ke Lapas Wanita Tangerang. Pasalnya, Merry tak dapat tidur karena trauma masuk dalam daftar eksekusi mati. Merry mendengar nada orang buka pintu tiap-tiap malam.
Unjuk rasa yang semestinya disudahi dengan audiensi juga tidak berhasil. Kejaksaan Agung tak sudi menjumpai beberapa pendemo. Devi juga pulang dengan tangan kosong.
Devi mengungkap kalau sekarang ini ibunya masihlah ada di ruangan isolasi Lapas Cilacap, Jawa Tengah.
“Kalau untuk ibu saya sekarang ini begitu prihatin trauma psikologis tidak dapat tidur tiap-tiap malam. Senantiasa dengar seperti ada yang buka pintu. Kehadiran saya disini supaya surat yang dilayangkan oleh LBH di perhatikan Jaksa Agung, ” kata Devi.
Ditambahkan kuasa hukum Merry, Muhammad Afif, pasca eksekusi pada sebagian terpidana mati, clientnya dipindahkan dari ruangan isolasi Lapas Batu, Nusakambangan ke ruangan isolasi di Lapas Cilacap.
Sepanjang ada disana, bekas TKW yang didapati membawa 1, 1 kg heroin di Bandara Soeta th. 2001 itu tak diijinkan berbaur dengan warga binaan yang lain.
“Selama di Lapas Cilacap, Merry cuma diijinkan keluar sekali dalam satu minggu. Itu cuma dua jam untuk melaksanakan ibadah, ” kata Afif.
Menurut dia, dengan dipindahkan ke Lapas Tangerang keadaan psikologis Merry bisa sembuh.
“Pertimbangannya, Merry hadapi detik-detik mengakhiri hidupnya, jadi tertekan psikologisnya. Pada 9 September tempo hari Merry mengeluhkan sakit asma serta darah tingginya kambuh. Dengan dipindahkan, sejenis pemuihan kembali, ” ucapnya.
Post a Comment